Mengapa EO/WO diperlukan?

Budaya Nusantara tidak lumer, walaupun budaya mancanegara terus-menerus menyerbu budaya Tanah Air. Setidaknya perkawinan adat masih sangat diminati oleh muda-mudi masa kini. Saat ini pesta perkawinan adat itu bahkan tengah mencapai keemasannya. Rangkaian upacara perkawinan adat ini merebak dari kampung - kampung kumuh maupun gang-gang sempit, sampai kawasan-kawasan elite dan hotel megah berbintang lima.

Namun bukan berarti pesta-pesta perkawinan adat itu menjadi imun dari pengaruh budaya asing. Upacara-upcara perkawinan adat tersebut pada perjalanannya kemudian mengalami perubahan dan modifikasi sesuai dengan zamannya. Sebagai contoh, rias pengantin pria maupun wanita. Dulu warna, motif, desain baju dan rias pengantin tradisional sangat tebatas.

Kini tentu saja keadaannya sudah sangat berbeda. Meski para raja dan ratu sehari itutampil dengan baju pengantin tradisional, tampilan mereka tetap tampak modis. Yang terpenting masuknya budaya asing tidak membuat kekhidmatan budaya leluhur ini sirna. Pernak-pernik rang kaian uapacara ritual perkawinan pada akhirnya menjadi menjadi sajian yang dirindukan banyak orang. Saat ini banyak orang yang ingin menyelenggarakan uapacara tradisional ini secara lengkap, namun lebih praktis ekonomis dan efisien. Di satu sisi mereka ingin tetap bisa menikmati kesakralan dan kekhidmatan upacara tradisional secara utuh, namun disisi lain mereka tidak ingin terlalu banyak menghamburkan waktu, daya, dan dana.

Di sini peran dan fungasi dari sebuah event organizer/wedding organizer sangat dibutuhkan bukan hanya untuk mengatur jalannya acara, tetapi lebih dari itu, menyiapkan detail keseluruhan dari penyelenggaraan sebuah acara pernikahan.

Secara umum beberapa item kebutuhan dalam penyelenggaraan acara pernikahan adalah :
1. Katering
2. Dekorasi
3. Perias Pengantin
4. Busana Pengantin dan Keluarga
5. Undangan
6. Souvenir/Gift
7. Kesenian Tradisionil/Upacara Adat
8. Hiburan
9. Dokumentasi
10. Peralatan/Property Pesta
11. Kepanitiaan

Banyak WO yang menawarkan paket pernikahan yang intinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dengan segala fasilitas dan produk-produk pilihan yang terbaik. Masalahnya apakah mereka siap menjadi wakil keluarga anda?, mungkin Kami jawabannya.

17 Februari 2009

Kesan Yang Hadir Dari Sebuah Dekorasi

Dekorasi pernikahan selalu mencuri perhatian. Oleh sebab itu dalam menciptakan dekorasi pernikahan outdoor maupun indoor perlu diperhatikan detail-detail yang membangun tema. Seperti pilihan warna, aksesori, bunga dan gaya.

Dekorasi Ruang Pesta senantiasa berkembang dengan beragam inovasi, baik dalam hal penerapan warna, penggunaan berbagai jenis elemen interior, maupun bentuk-bentuk tenda. Menggabungkan elemen tradisional modern pada resepsi bertema nasional Indonesia, tentu saja banyak tantangannya, agar tidak berkesan kuno dan membosankan.

Menghadirkan atmosfer romantis sekaligus elegan dalam sebuah pesta pernikahan sangat ditentukan oleh pemilihan warna dan elemen-elemen dekorasi, khususnya di pelaminan. Pelaminan merupakan titik sentral perhatian para undangan selain aktor utama yakni pasangan pengantin.

Suasana nyaman resepsi pernikahan bisa diciptakan oleh penataan dekorasi yang apik serasi. Untuk pesta yang bergaya tradisional modern dengan segala keunikannya, cobalah memadukan unsur etnik dengan pernak- pernik keramik. Hasilnya? Terlihat sangat menarik dan eksklusif. Apalagi bila tempat pesta memiliki interior ataupun koleksi benda – benda etnografis   khas nusantara. Perpaduan kain kain tradisional, produk keramik unik, rangkaian bunga bersahaja, serta detail properti dekorasi yang benar benar tampak beda. 

>>klick here to wahyuaji decoration<<

14 Februari 2009

Akulturasi Busana Pengantin Pria Tradisionil


Sebagaimana layaknya budaya yang saling berpengaruh antara yang satu dengan yang lain, pakaian adat perkawinan juga tidak lepas dari pengaruh budaya-budaya lainnya. Seperti misalnya, baju pengantin pria sunda sebelumnya adalah "baju kampret" dimana tidak 
mengenakan kancing baju sehingga bagian depannya agak terbuka. Akibat pengaruh agama Islam yang masuk di abad ke-14 di daerah Jawa Barat, maka baju penganti pun berubah. Rasanya tidak pantas bagi orang Islam yang bertaqwa untuk mengenakan baju yang terbuka seperti itu. Sejak itulah, pengantin pria sunda mengenakan "Jas Takwa".
Di abad 17 ketika tentara Mataram yang menyerang Belanda di Batavia, para tentara itu tidak kembali lagi ke Jogja. Sebagian di antara mereka ada yang tertinggal disepanjang perjalanan menuju ke Kerajaan Mataram, baik lewat pantai utara (Krawang-Cirebon) atau selatan (Sukabumi-Bandung). Tata upacara, pernak-pernik, maupun pakaian pada upacara perkawinan adat Sunda ini pada akhirnya dipengaruhi oleh budaya adat Jawa. Sarung teun dan kebat tenun perlahan-lahan mulai tersingkir digantikan kain batik, sementara senjata kujang sebagai pelengkap hiasan pengantin berubah menjadi keris. Blangkon, tutup kepala pengantin pria yang unik, juga memberikan pengaruh khusus pada khasanah tutup kepala para pengantin sunda. Belakangan, dengan sentuhan dari para sesepuh dan budayawan sunda, batik, keris, maupun tutup kepala Pasundan ini memiliki ciri khas dan bentuk tersendiri sejalan dengan budaya Sunda yang berkembang